IQNA

Kembali ke Dialog Antaragama; Alasan Perjalanan Paus ke Irak

11:04 - February 01, 2021
Berita ID: 3475015
TEHERAN (IQNA) - Secara umum, Paus Fransiskus memiliki pandangan yang lebih jelas tentang masalah-masalah sosial daripada para pendahulunya, dan peningkatan dialog antaragama adalah salah satu pendekatan tersebut, dimana masih harus dilihat apakah pandangan ini akan dapat membantu mengurangi pertumbuhan Islamofobia di negara-negara Eropa.

IQNA melaporkan, kabar kunjungan Paus Fransiskus, pemimpin dunia umat Katolik, ke Irak pada Maret, menimbulkan banyak spekulasi tentang alasan kunjungan pemimpin dunia umat Katolik itu ke negara Islam dengan mayoritas penduduk Syiah.

Perjalanan yang sempat ditunda satu kali (karena pandemi Covid-19) itu penting karena juga diagendakan akan ada pertemuan dengan Ayatullah Sistani, marja taqlid Syiah Irak dan salah satu pemimpin agama paling berpengaruh di dunia Islam.

Tentu saja, ini bukan perjalanan pertama Paus ke negara Islam. Pada 2014, Paus Fransiskus melakukan perjalanan ke Yordania setelah melakukan perjalanan ke Palestina. Pada bulan September tahun itu, Paus Fransiskus melakukan perjalanan ke satu-satunya negara Eropa dengan mayoritas Muslim (Albania), dan dua bulan kemudian pada bulan November, Turki menjamu dia. Republik Azerbaijan (2016), Mesir (2017), Bangladesh (November), Uni Emirat Arab (Februari) dan Maroko (2019) termasuk di antara negara-negara Islam lainnya yang dikunjungi oleh Paus Fransiskus.

Sekarang tampaknya Irak akan menjamu Paus Fransiskus dari 5 hingga 8 Maret kecuali terjadi sesuatu yang khusus. Ini adalah kunjungan pertama seorang paus Katolik ke negara ini, dan menurut pernyataan dari kantor pers Paus Fransiskus, dia akan mengunjungi beberapa kota dan wilayah Irak, termasuk Baghdad, Erbil, dan juga Mosul. Banyak yang telah dikatakan tentang motif perjalanan yang belum pernah terjadi sebelumnya ke Irak ini, tetapi yang pasti adalah bahwa perjalanan ke Irak ini menunjukkan perbedaan antara pandangan Paus Fransiskus dan Paus Benediktus XVI.

Paus Benediktus XVI, yang dikarenakan pendekatan konservatifnya terhadap masalah sosial seperti aborsi dan skandal pelecehan seksual di gereja, selama hampir tujuh tahun menjabat hingga pengunduran dirinya pada tahun 2013, hanya mengunjungi tiga negara Islam (Turki pada tahun 2006, Yordania dan Palestina pada tahun 2009). Secara umum, Paus Benediktus XVI kurang cenderung terlibat dalam dialog antaragama (terutama dengan Muslim) karena pandangan konservatifnya dibandingkan pendahulunya (Paus Yohanes Paulus II). Pernyataan Benediktus tentang menentang keanggotaan Turki (sebagai seorang Muslim) di Uni Eropa dan mengklaim penyebaran Islam melalui kekerasan dan pemaksaan dalam pidatonya tahun 2006 di Universitas Regensburg di Bavaria, Jerman, dikritik secara luas oleh kaum Muslim.

Dengan ini semua, Paus Fransiskus, sebagai paus non-Eropa pertama sejak 741 (Paus Gregorius III adalah paus dari tahun 731 -741 dan lahir di Suriah saat ini) telah mengambil pendekatan yang berbeda terhadap hubungan antara Islam dan Kristen.

Secara umum, Paus Fransiskus memiliki pandangan yang lebih jelas dan lebih terbuka tentang masalah sosial, dan peningkatan dialog antaragama telah menjadi salah satu pendekatan yang telah dilakukan Paus Fransiskus sejak awal masa jabatannya sebagai pemimpin Katolik dunia. Salah satu pernyataan pertama Paus Fransiskus setelah mengambil kursi kepausan tentang Islam adalah bahwa memperkuat dialog antaragama, terutama dialog dengan Islam, sangat penting. Dalam komentar lain untuk minoritas Kristen di negara-negara Muslim, dia mengatakan bahwa alih-alih menyebarkan agama Anda, hiduplah damai dengan Muslim.

Mungkin karena sejarah inilah Paus Fransiskus memilih Irak untuk kunjungan pertamanya pada tahun 2021 dan berusaha untuk bertemu dengan salah satu otoritas Syiah terbesar sejalan dengan langkah-langkah ini. Sejaitnya, meski ada perbedaan pendapat antara umat Kristiani dan Muslim, Paus Fransiskus berusaha mengoreksi pendekatan sesat Paus Benediktus XIV kepada umat Islam dengan meningkatkan sejumlah kunjungan dan perjalanan semacam itu.

Di sisi lain, kebijakan Paus Fransiskus dan Vatikan secara umum terhadap negara-negara Islam dapat membantu mengurangi tumbuhnya Islamofobia di negara-negara Eropa dan memperluas sikap positif terhadap minoritas Muslim yang tinggal di berbagai negara di dunia. (hry)

 

3950747

Kunci-kunci: dialog ، Antaragama ، Perjalanan Paus ، irak
captcha