IQNA

Perkembangan Palestina

Mulai dari Pelanggaran Gencatan Senjata yang Dilakukan Rezim Zionis hingga Terungkapnya Statistik Tentara Israel yang Terluka

12:52 - November 29, 2023
Berita ID: 3479276
GAZA (IQNA) - Pada hari kelima gencatan senjata antara Hamas dan rezim Zionis, media Palestina memberitakan bahwa tentara Israel melakukan penembakan di wilayah Gaza. Pada saat yang sama, sebuah surat kabar Israel melaporkan bahwa ada 1.000 orang terluka dalam operasi darat tentara rezim ini di Jalur Gaza.

Menurut Iqna, mengutip Arabi 21, pada hari kelima gencatan senjata di Jalur Gaza, media Palestina mengumumkan bahwa rezim Zionis melanggar perjanjian gencatan senjata pada Selasa.

Situs berita Palestina melaporkan bahwa pasukan rezim pendudukan melepaskan tembakan di daerah Sufa di timur Rafah dan di Khan Yunis.

Sasaran yang ditembaki oleh penjajah dan apakah serangan ini mengakibatkan korban jiwa belum diketahui.

Pada hari Selasa, setelah rezim pendudukan Israel mengumumkan bahwa mereka telah memasukkan 50 tahanan perempuan ke dalam daftar pertukaran dari 60 tahanan perempuan di penjara, Palestina menunggu pembebasan lebih banyak perempuan di rezim ini.

Dengan pembebasan 11 tahanan Israel oleh al-Qassam pada hari Senin, total 69 orang dibebaskan dengan imbalan pembebasan sekitar 150 pria dan wanita Palestina yang ditangkap oleh rezim pendudukan.

Selain itu, Alya Ahmed Saif Al Thani, duta besar Qatar untuk PBB, mengatakan kepada wartawan setelah sesi tertutup Dewan Keamanan PBB bahwa gencatan senjata akan di perpanjang dalam dua hari dan kedua belah pihak akan membebaskan lebih banyak orang. Ini merupakan langkah yang sangat positif.

Simbol perlawanan Palestina masuk daftar tunggu

Radio Israel GLZ mengumumkan bahwa otoritas pendudukan telah menempatkan nama aktivis Palestina yang ditahan Ahed al-Tamimi dalam daftar tunggu pertukaran tahanan Palestina dengan sandera Israel di Jalur Gaza. Tentara rezim pendudukan menangkapnya di rumahnya selama serangan di Tepi Barat.

Pada tahun 2017, Ahed Tamimi ditangkap dan ditahan selama delapan bulan setelah menampar dua tentara Israel yang agresif di halaman rumahnya di desa nabi Saleh di Tepi Barat yang diduduki.

Sejak itu, ia menjadi simbol perlawanan Palestina, dan warga Palestina menganggapnya sebagai contoh keberanian melawan penindasan Israel di wilayah pendudukan Palestina.

Seribu orang Zionis terluka dalam operasi darat

Surat kabar Israel Haaretz mengumumkan bahwa sejak awal perang dan operasi darat di Jalur Gaza, sekitar 1.000 tentara Israel terluka.

Surat kabar ini, mengutip Tentara Zionis, mengumumkan bahwa hampir seribu tentara terluka dalam perang Gaza, 202 di antaranya berada dalam kondisi kritis dan luka ringan.

“Tentara Israel pada awalnya menolak untuk merilis data mengenai jumlah tentara yang terluka dan kondisi mereka, namun baru-baru ini setuju untuk memberikan informasi tersebut,” tambah Haaretz.

Tentara Israel mengklaim bahwa jumlah kematian militer tentara rezim ini telah mencapai 71 perwira dan tentara hingga Rabu lalu, sementara Kataib al-Qassam melaporkan bahwa jumlah korban tewas lebih tinggi.

Kunjungan Blinken ke wilayah tersebut

Di sisi lain, Departemen Luar Negeri AS mengumumkan bahwa Menteri Luar Negeri Anthony Blinken akan mengunjungi Israel, Tepi Barat, dan UEA minggu ini untuk membahas kelanjutan aliran bantuan ke Gaza dan pembebasan seluruh sandera, serta pandangan Amerika mengenai masa depan Gaza dan perlunya pembentukan negara Palestina yang merdeka harus didiskusikan.

Ketika masyarakat Gaza menghadapi kekurangan makanan, bahan bakar, air minum dan obat-obatan, perjanjian gencatan senjata awal memungkinkan lebih banyak truk bantuan untuk memasuki Gaza. Perkiraan PBB menunjukkan bahwa sekitar 1,8 juta dari 2,3 juta penduduk Gaza mengungsi di wilayah tersebut.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menggambarkan perpanjangan gencatan senjata itu sebagai “cahaya harapan dan kemanusiaan” namun mengatakan perpanjangan gencatan senjata selama dua hari tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan Gaza.

Permintaan untuk membatalkan perjanjian normalisasi

Fatima Eltmani, anggota parlemen Maroko dari Federasi Kiri Demokrat dari partai oposisi, menyerukan peninjauan kembali perjanjian normalisasi dengan Israel dalam pertemuan Dewan Perwakilan Rakyat negara ini.

Eltmani berkata: “Perjanjian normalisasi antara Maroko, Israel dan Amerika Serikat harus ditinjau dan dibatalkan.”

Pada 10 Desember 2020, Israel dan Maroko mengumumkan dimulainya kembali hubungan diplomatik di antara mereka setelah penangguhan hubungan diplomatik pada tahun 2000, sementara lembaga, partai, dan organisasi kerakyatan menyatakan penolakannya terhadap normalisasi ini dengan mengadakan berbagai demonstrasi.

Dalam beberapa hari terakhir, banyak kota di Maroko, termasuk Rabat, menyaksikan demonstrasi besar-besaran yang menunjukkan solidaritas terhadap rakyat Palestina dan menuntut diakhirinya perang Israel melawan Gaza. (HRY)

 

4184641

captcha